LINTASSOLORAYANEWS.COM / KLATEN – Sekertaris Dai Kamtibmas Kabupaten Klaten H.Moch.Isnaeni mengatakan bahwa momen Syawal adalah bulan untuk peningkatan yakni, meningkatkan ketaqwaan dan amal sholih. Berbuat baik tidak dibatasi ruang dan waktu.
Hal itu disampaikan Moch.Isnaeni saat khutbah Idul Fitri 1445 H di lapangan Desa Birit, Kecamatan Wedi, Klaten, Rabu (10/4/2024 ).
“Kita sering mendengar sejumlah khatib memotivasi jamaahnya untuk tetap meningkatkan amal ibadah mereka secara istiqamah seusai menjalankan kegiatan ibadah selama ramadhan,” ungkap H. Moch Isnaeni.
Menurut Isnaeni yang juga sebagai sekertaris FKUB Kabupaten Klaten ini diantara alasan yang diutarakan adalah memaknai kata syawal dengan arti peningkatan. Sehingga bulan syawal diartikan dengan bulan peningkatan.
“Kita sepakat nasehat untuk istiqamah dalam beramal adalah nasehat yang luar biasa. Akan tetapi, mengaitkannya dengan bulan Syawal dan mengartikan bulan Syawal sebagai bulan peningkatan, perlu dilakukan kajian yang mendalam,” tuturnya.
Memang diakui makna Syawal secara Bahasa menurut Ibnul ‘Allamasy Syafii mengatakan, Penamaan bulan Syawal itu diambil dari kalimat Sya-lat al Ibil yang maknanya onta itu mengangkat atau menegakkan ekornya. Syawal dimaknai demikian, karena dulu orang-orang Arab menggantungkan alat-alat perang mereka, disebabkan sudah dekat dengan bulan-bulan haram, yaitu bulan larangan untuk berperang.
“Ada juga yang mengatakan, dinamakan bulan syawal dari kata syalat an-Naqah bi Dzanabiha artinya onta betina menaikkan ekornya. Bulan syawal adalah masa di mana onta betina tidak mau dikawini para pejantan. Ketika didekati pejantan, onta betina mengangkat ekornya. Keadaan ini menyebabkan munculnya keyakinan sial di tengah masyarakat jahiliyah waktu itu terhadap bulan syawal, sehingga mereka menjadikan bulan syawal sebagai bulan pantangan untuk menikah,” katanya.
Ketika islam datang kata Moch.Isnaeni Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam justru menikahi istri beliau di bulan syawal. Hal ini dilakukan untuk menepis dan membantah anggapan sial dari masyarakat jahiliyah waktu itu terhadap bulan syawal.
Dalam memahami persoalan ini memang kurang tepat jika dikatakan bahwa sebab mengapa bulan ini dinamakan syawal adalah karena bulan ini jatuh seusai Ramadhan. Dan ketika itu manusia melakukan peningkatan dalam beramal dan berbuat baik.
“Ini jelas pemahaman yang tidak benar. Karena nama bulan “syawal” itu sudah ada sejak zaman jahiliyah (sebelum datangnya islam), sementara masyarakat jahiliyah belum mengenal syariat puasa di bulan ramadhan,” terangnya.
Dengan demikian, tidak terdapat hubungan antara makna bahasa tersebut dengan pemahaman bahwa Syawal adalah bulan peningkatan dalam beramal. Hal ini mengingatkan kepada masyarakat untuk meningkatkan ibadah dan amal saleh termasuk nasehat baik itu dilakukan secara terus menerus tidak perlu kita kaitkan dengan nama bulan syawal sekalipun keduanya tidak saling berhubungan. Jadi berbuat baik tidak dibatasi ruang dan waktu.
“Bahwa anjuran untuk meningkatkan ketaqwaan dan amal sholih itu kita itu hendaknya dilakukan secara terus menerus tidak mengenal batas dan waktu, sehingga ungkapan jangan lelah menjadi orang baik itu masih sangat relevan dengan kondisi kekinian untuk digaungkan terus di masyarakat” pungkasnya.
Kepala Desa Birit Haryono, sesuai mengikuti sholat Idul Fitri menjawab pertanyaan sejumlah media mengatakan pelaksanaan sholat Idul Fitri tahun 2024 di Lapangan Birit berjalan lancar, dan aman. Menurut Haryono jamaah Muslimin dan Muslimat Desa Birit yang mengikuti shalat Idul Fitri ada 1.000-an. Dana infak yang terkumpul ada Rp6.000.000 ( enam juta ) lebih. Haryono mengungkapkan warga masyarakat Islam di Desa Birit bersatu, kompak. Kedepan pelaksanaan shalat di Lapangan Birit semoga bisa lebih sukses lagi.
“Saya memiliki kesan pelaksanaan shalat Idul Fitri jamaah dan umat Islam di Desa Birit tahun 2024 ini berjalan lancar, dan tertib.
Saya berharap jamaah dan umat islam di Birit menjaga kekompakan” pungkasnya.
Penulis. : Moch.Isnaeni
Editor. : Sarjono