LINTASSOLORAYANEWS.COM / KLATEN – Ketua Dewan Pembina Majelis Ulama Indonesia ( MUI ) Kabupaten Klaten KH Jazuli Fadlil mengatakan bahwa di era digital saat ini aktivitas dakwah yang semula hanya mengandalkan orasi verbal atau lisan di atas mimbar melalui ceramah, pada perkembangan selanjutnya juga dilakukan lewat pendampingan kegiatan untuk menginternalisasikan pesan-pesan keagamaan dalam kehidupan riil di masyarakat dengan media digital.
Pesan tersebut disampaikan Jazuli Fadlil saat menjadi nara sumber pada acara workshop tentang urgensi publikasi materi dakwah di era digital yang diselenggarakan oleh komisi Informasi dan komunikasi MUI Klaten di Joglo Kiai Ageng Gribig Tegalmulyo Gergunung Klaten Utara Kabupaten Klaten, Selasa (10/12/2024).
Menurut Jazuli Fadlil kegiatan dakwah Islam erat kaitannya dengan aktivitas sosial kemasyarakatan. Namun seiring dengan dinamika kehidupan masyarakat modern, metode dakwah Islam pun telah mengalami transformasi atau pengembangan.
“Jika dulu metode dakwah hanya berpatokan pada al hikmah, mauidzah hasanah dan mujaddalah, maka sekarang ada unsur kontekstual dimana ajaran Islam dikaitkan dengan konteks waktu dan tempat,” katanya.
Dengan demikian kata Jazuli Fadlil dakwah ini akan berfungsi sebagai alat dinamisator dan katalisator perubahan yang terjadi di masyarakat.
“Kompleksitas kehidupan di masyarakat menuntut adanya ruang gerak dakwah yang lebih fleksibel, termasuk adanya digitalitasi dan perkembangan teknologi informasi” ujarnya.
Di era sekarang, lanjut Jazuli Fadlil berdakwah sudah jamak dilakukan di media sosial lewat unggahan konten kreatif.
“Tidak sekedar mengonversi dakwah konvensional ke format digital lalu mengunggahnya ke media sosial, tapi sudah harus menyajikanya lebih menarik dengan memperhatikan aspek visual, audio, serta pesannya yang ringkas juga mudah dipahami” katanya.
Terlebih kalau berbicara soal kultur dan struktur demografi Kabupaten Klaten yang didominasi oleh native digital yang jumlahnya mencapai hampir 50 persen penduduk dari komposisi generasi Z dan millenial, maka tidak heran anak-anak muda sekarang lebih tertarik melihat konten-konten kreatif di platform media sosial, sehingga metode dakwah bil IT atau dakwah yang memanfaatkan teknologi ini sangat diperlukan.
“Melalui kegiatan workshop ini para dai dan khotib dari MUI yang telah terjun berdakwah bisa memahami, mampu beradaptasi dengan perubahan zaman serta memperkaya diri dengan ilmu komunikasi penyiaran Islam.
“Berdakwah di media sosial ini menarik sekaligus menantang. Dari sana pula kita bisa merancang konteks dan konten dakwahnya yang sesuai landasan teologis-normatifnya, ke arah mana masyarakat ini akan diubah dengan tetap berpedoman pada konsep Islam yang rahmatan lil alamin,” ujarnya.
Senada dengan Jazuli Fadlil Ketua Komisi Informasi dan komunikasi MUI Kabupaten Klaten H.Moch.Isnaeni menuturkan bahwa selain meningkatkan kapasitas para dai dan mubaligh/ mubalighot dalam berdakwah, melalui kegiatan workshop ini diharapkan para dai mampu memberikan pemahaman tentang ajaran Islam yang benar pada generasi muda untuk mencegah tumbuhnya paham radikalisme ataupun tindakan anarkis remaja yang mengganggu keamanan lingkungan.
“Melalui kegiatan workshop ini diharapkan para dai dan khotib dalam berdakwah bisa lebih percaya diri, mampu memahami kultur sosial di masyarakat yang majemuk serta bisa menyampaikan pesan toleransi dalam kehidupan sosialnya,” katanya.
Terkait dalam oelaksanaan dakwah yang cenderung masih dilakukan secara perorangan Moch.Isnaeni menyampaikan pentingnya melakukan dakwah secara terorganisir, terprogram, dan menyasar pada segmentasi yang jelas.(Moch.Isnaeni)