LINTASSOLORAYANEWS.COM / KLATEN – Syiar agama Islam oleh para ulama Walisongo dilakukan secara soft melalui jalur seni budaya, termasuk di dalamnya musik rebana. Karena dengan sarana musik, pesan pesan syariat agama akan lebih mengena dan mudah dipahami oleh warga masyarakat.
Dalam perkembangannya, musik rebana menyesuaikan dengan perkembangan jaman. Peralatan yang digunakan juga menyesuaikan dengan perkembangan alat musik modern, meski pesan pesan keagamaan melalui syair syair tetap dilantunkan.
Demikian diungkapkan oleh anggota Komisi B DPRD Provinsi Jawa Tengah dari FPDIP Daerah Pemilihan Jawa Tengah VII, Hj. Kadarwati, SH.MH. dalam acara temu muka dengan tokoh masyarakat, pengurus PAC dan Ranting PDIP se kecamatan Trucuk di kediaman pribadi Hj. Kadarwati di desa Jatipuro kecamatan Trucuk hari Jum’at (5/4/2024) sore.
Acara temu muka yang juga dihadiri oleh Camat Trucuk Marjana, para Kepala Desa se wilayah kecamatan Trucuk ini diisi dengan lantunan musik Hadroh dari desa Planggu kecamatan Trucuk.
Selain dihibur dengan alunan musik Hadroh, pada acara ini juga diisi dengan tausyiah oleh Ustadz Tri Harni Sugondo dari Bayat.
Lebih lanjut dijelaskan oleh Kadarwati, dengan musik syiar agama disampaikan dapat dengan mudah dipahami oleh warga masyarakat. Warga masyarakat merasa terhibur, hatinya senang gembira dan pesan dalam syair yang dialunkan dalam lagu religi juga sampai dan diterima oleh warga masyarakat.
” Ternyata para pemain musik Hadroh ini sebagian besar adalah generasi muda. Saya senang dan bangga, generasi muda terjun dalam syiar agama melalui musik ini. ..” ungkap Kadarwati.
Sementara Tulus Nugroho, Kepala Desa Jatipuro mengatakan, di desa Jatipuro juga sudah berkembang kesenian musik Hadroh. Hampir di setiap dusun sudah terbentuk grup musik Hadroh.
” Kebanyakan para pelaku kesenian Hadroh di desa Jatipuro adalah para generasi muda. Inilah potensi yang ke depan bisa kami kembangkan…” kata Tulus Nugroho. (Jon’s)